Sebelumnya saya posting dengan topik “Keunggulan TVS Apache…”. Kali ini saya coba mengimbangi dengan topik ini. Ya ini, mencoba menekan asumsi rekan-rekan bahwa saya juru iklan TVS. Padahal tidak, saya hanyalah orang dari sekian banyak pengguna TVS Apache RTR 160 di Indonesia.
Berikut adalah kelemahan motor tunggangan asal India, Kuda India … saya sarikan dari beberapa pengalaman saya dan rekan-rekan sesama pengguna motor ini. Nah jika ada tambahan, silahkan juga dimasukan dalam comment yang disediakan.
Harapannya juga, barangkali ada petinggi TVS dari India atau Indonesia yang menyempatkan baca postingan ini. Yang ke depannya bisa menjadi masukan bagi mereka.
TVS Apache rtr 160
TVS Apache rtr 160
50-50 mengalami susah netral (false netral) di awal penggunaan. Juga, perpindahan gigi relatif susah dengan disertai bunyi kemratak. Sampai service ke-2 pun, kadang-kadang ada bunyi itu lagi.
spare-part yang tidak siap setiap saat. kasus ini saya alami saat motor saya jatuh, dan tarikan kopling patah, diharuskan untuk menggantinya. Dealer menggantinya dengan secara kanibal mengambil tarikan kopling dari motor yang sedang dipajang (busset deh). Terus pijakan kopling serta rem yang bengkok tidak siap ada juga (harus indent dulu untuk menggantinya). dan saya liat, masih relatif mahal. Pijakan kopling 125rb, dan pijakan rem 75rb. Untungnya bengkok, jadi saya hanya press saja di tempat press. [katanya, pabrik sudah didirikan di Cikarang. Gimana toh]
Kurang gencarnya iklan mengenai Apache ini. (baik itu di televisi, tempat publik area, dll.) Kalaupun pernah ada, tidak menonjolkan keindahan desain, keunggulan teknologi, dan kemampuan akselerasi. Yang dilihat hanya menonjolkan kekuatan, bahwa ini motor mampu mengangkat 6-8 orang laki-laki. Dan yang digenjot adalah iklan varian bebek, TVS Neo. Padahal pasar ini, adalah pasar neraka. Namun dari info mereka. Bahwa mereka memang sedang fokus pada memperkuat infrastruktur, yaitu jaringan dealer/service di seluruh nusantara.
Belum dual-disc untuk rem. Kampas rem depan masih menggunakan asbes, sehingga cepat mengurangi ketebalan disk.
Ini penting untuk safety riding. Ban TVS ternyata tidak cocok untuk area basah. Sangat licin. Saya mengalaminya slip, walaupun kecepatan hanya 30 kph.
Belum meratanya kemampuan teknis para montir. Saya mengalaminya, saat saya minta indikator service yang masih nyala untuk di-reset (karena saya telah service). Dan jawabannya, ya memang nyala, pak. —> Loh kok???
Setang agak bergetar di rpm 7000 ke atas, atau di gigi 5 dengan kecepatan 80 kph. Namun ini tidak terlalu mengganggu, karena masih ditolerir.
Segitu dulu. Nanti saya lengkapi lagi. Keburu ada rapat. hehehehe.
Dengan senang hati, rekan-rekan bisa menambahkan